Sunday, June 1, 2014

Fanfic: Karna Pasti Bisa Bertemu Denganmu

Sudah 2 tahun aku bersekolah di salah satu SMK di Ibu Kota ini. Kini aku beranjak naik ke kelas 3 yang bisa dibilang titik akhir masa2 bersekolah. Taaaapiiiii tapi tapi tapi disini sebenernya bukan ngomongin itu. Ini cerita tentang kehidupanku alias kisah perjuanganku dalam merebut hati si dia *ciee gitu*.

Nah jadi gini, ada seoarang perempuan yang aku taksir semenjak aku masuk ke SMK ini. Cewek itu berparas cantik, manis, imut, dan lucu. Sikap dia pun kekanak-kanakan untuk perempuan yang seusianya. Namun dengan sikap kekanakannya itu aku bisa sangat tertarik dengan dirinya. Nama perempuan itu Cindy Yuvia. Aku tidak mengerti kenapa bisa ada perempuan seimut dan selucu itu masuk ke SMK ini. Aku ingat saat pertama kali berkenalan dengannya ketika masa masa MOPD atau yg biasa dikenal dengan MOS(Masa Orientasi Siswa). Aku masih ingat mukanya yang kekanakan itu dengan rambut yang di kepang dengan pita warna warni. Saat itu aku dan dia berada dalam kelompok yang sama. Aku hanya bisa terdiam tiap kali mendengar celotehannya itu, lucu sekali. Aku juga masih ingat saat kita dijemur dilapangan sekolah, dan muka dia bagaikan orang yang menahan buang air besar. Ekspresinya tidak karuan, antara ngambek, capek dan sepertinya mau nangis. Tapi aku malah ingin tertawa setiap membayangkan hal tersebut.

Saat itu, tepatnya ketika pembagian kelas usai MOS, akupun sangat berharap bisa 1 kelas dengan dirinya. Aku pun memeriksa susunan nama yg ditempel di tiap pintu kelas. Dan saat ku melihat salah 1 pintu kelas, disitu ada nama diriku dan…….. “Cindy Yuvia”. Perasaan ini seperti popcorn yang meletup letup, entah aku harus mengadukan rasa gembira ini ke siapa. Ketika aku masih terdiam di depan pintu kelas, ada suara yang tiba tiba menyapaku.
“Eh?? Kita ternyata dikelas yang sama yaa? Ihihihi kebetulan bangeet yaah!! Asik ada temen kelompok yang sekelas ternyata!” sapanya.
Suara itu tidak lain adalah seorang Cindy Yuvia, dengan poni ratanya yang bergoyang goyang saat menyapaku.
“E..eh iya yaa ternyata kita sama kelasnya hehe” kataku.
Saat itu aku antara senang dan gugup. Aku ingin tertawa tetapi akan menjadi aneh nantinya. Apakah ini hanya kebetulan? Tapi aku pikir kebetulan ini hanyalah skenario yg tlah dipersiapkan tanpa diketahui oleh siapapun. Dan semenjak saat itu akhirnya aku menjalani hari pertama di SMK 1 kelas dengan Cindy Yuvia.

Dan sekarang sudah 2 tahun aku selalu berada dikelas yang sama dengannya. Aku juga bisa dibilang cukup dekat dengan dirinya. Namun aku terlalu gugup untuk menyatakan perasaan ini.
22 Juni tepatnya pukul 7 pagi aku mendapat pesan singkat di ponselku.
“Hai haii pagii pagii!!! Eh eh eh nanti jam 10 jemput aku yaa dirumah!! Jangan telat!! Bweeee!!”
Pesan itu dari seseorang yg aku sayang, ya Cindy Yuvia. Selalu saja membuatku kesal namun juga gemas karena tingkahnya. Setelah membaca pesan itu akupun bersiap siap mandi dan berpakaian rapih. Pukul 9.30 aku pun berangkat sambil naiki motor tua milikku itu. Pukul 10 lewat 5 menit aku tiba di depan rumahnya dan Ia pun sudah menunggu dengan muka cemberut tapi lucu.

“Huuufftt!!!” Ia menggembungkan pipinya kemudian manyun.
“K..k..kenapaa siiih???” aku bertanya kepadanya.
“Ini udah jam berapa huuuhh!! Kamu terlambat 5 menit!!! Huuuffttt!!!” Ia menunjukku sambil membuat raut wajah ngambek yang lucu dengan manyunnya itu.
“I..iyaa iyaa 5 menit kan gak lamaa viii.. Aku aku minta maaf yaaaa ciiill” kataku.
“Huufftt! Iyaa aku maafin, tapi gantinya hari ini kamu harus nemenin aku jalan jalan yaa pokoknya!!!”
“Fyuuh, beres yuupiaa~ mau ketempat yang tiada siapapun juag aku temenin~” candaku.
“Huh dasar kamu, ayo kita pergiiiii!” kemudian Yuvia berpamitan dengan orang tuanya dan bergegas naik motorku.
Dan akhirnya aku dan Yuvia bersepeda motor berdua. Biasanya kami juga seperti ini tiap pulang sekolah karna jalan pulang yang searah. Aku tidak menoleh ke belakang, di benakku selalu terpikirkan… “Mungkin bagi dirimu, aku hanyalah teman sekelas saja yang jalan pulangnya searah” tapi biarpun seperti itu, bersama dirimu saja im so satisfied.
“Yuv. Sebenernya kita mau kemana siihhh? Kamu kayanya semangat banget deh?” aku bertanya kepada Yuvia.
“Ada dehhh!! Pokonya pokonya pokonya kamu nurut aja yaa!” kata dia sambil meledekku dengan bibirnya yang dimainkan.
“Huuh iya iyaa deh non Cindy Yuvia, aku nurut apa kata kamu ajaa deeeh huh” candaku.

Kemudia kami tiba di suatu restaurant. Aku memarkir motorku dan melihat kearah Yuvia.Terlihat jelas di wajah sampingmu, dan aku langsung menyadari dirimu sedang merencanakan sesuatu. Kemudian dia bilang sesuatu, “Eh eh ayo kita rayain ulang tahun kamu berdua, ditempat yang sudah disediakaan di restaurant!”
Mendengar hal tersebut aku kaget, aku pun tidak ingat kalau hari ini adalah hari ini ulang tahunku. Aku salah tingkah, nafaskupun menjadi sulit, kepalaku pun jadi kosong, sampai tak bisa berbuat apapun. Dan kemudian di tengah-tengah lamunanku dia menarik tanganku dan sampailah di dalam restaurant tersebut.
“Haaappy haaappy biiirthdaaay toooooo yooouuuu!!!~” ia mulai menyanyi dengan suara yang keras dan semangat seperti penyanyi opera. Aku sangat malu, tapi senang. Aku melihat ia bernyanyi dengan serius sambil memejamkan matanya, lucu sekali.

Di depan mataku terdapat kue yang sudah di siapkan. Aku pun bersyukur kepada Tuhan, karena bisa melewati ulang tahunku yang ke 17 bersama dirinya. Dan pada saat itu diluar hujan mendadak, dan ku harap tidak berhenti. Saat itu ia mengucapkan sesuatu hal padaku. “Hey selamat ulang tahun, aku harap ini jadi ulang tahun yang berkesan buat kamu yaa yaa yaa!! Kan ngerayainnya bareng akuu yaa!! Hihiiii” candanya.
“Iyaa iyaa makasih banget yaa ciil, ini jadi ulang tahun paling paling berkesan buat aku~ tahun depan kaya gini lagi yaah~” candaku kepadanya.

“Umm…. Gini.. tahun depan aku gak yakin bisa…. Tahun depan kita udah pisah kan… kuliah.. dan belum tentu aku masih di Jakarta lagi” ia mengucapkan kata kata itu dengan muka yang sedih dan intonasi nada yang rendah. Aku sebenarnya sangat kecewa mendengar hal tersebut, dan aku kecewa yang kenapa sampai sekarang aku tidak bisa menyatakan perasaan ini kepada dirinya. Disela sela itu akupun berkata kepada dirinya, “Hai, janganlah kau menatapku dengan mata yang sedih itu. Ayo tersenyumlah”
Kemudian, ia tersenyum kecil namun masih dengan tatapan sedih khas anak kecil yang manja.

“Yuvi, karena aku pasti bisa bertemu denganmu suatu hari di suatu tempat. Percayalah pada kekuatan takdir yang menyatukan. Sampai saatnya nanti jangan pernah dirimu lupakan diriku ini, Janji yaa?” aku pun menyodorkan jari kelingkingku kepada dirinya yang tampak sedih. Ia pun membalas dengan menyodorkan jari kelingkingnya dan kami pun melakukan pingky swear khas anak kecil. Dia pun akhirnya tertawa kecil dan kemudian memukulku dengan manja. “Iiih kamu apaansiiiih akuu bukan aanaak keciiillll huuuuuffffffftt!!” Ia menggembungkan pipinya kemudian bertolak pinggang di depan diriku. Aku hanya bisa tertawa kecil melihatnya, dan berharap hari ini janganlah cepat berakhir.

Bersambung......

0 comments:

Post a Comment